SYIFA SILFIANI

Mari Berbagi Informasi Bersama Saya Syifa Silfiani

Dendangkan Panca Indra Dengan Kendang

Dendangkan Panca Indra Dengan Kendang


”Dug dug prang tung plak tung geng, prang prang prang plak tung plak tung geng,” irama suara tabuhan kendang terdengar bertalu-talu. Kian lama, alunan ritme kian cepat menghentak panca indra. Jari jemari pemilik toko One Java Seni, Edi Rohmana (34) lincah menabuh alat musik tradisional tersebut, Minggu (28/2).

 Lebih dari satu dasawarsa Edi menjual berbagai alat musik tradisional khas Jawa Barat, dan kendang adalah salah satunya. Alat musik tradisional ini, haruslah terus dijaga kelestariannya agar tak lekang tergerus arus modernisasi. Menurut Edi, kendang adalah alat musik tradisional yang selalu memiliki ruang dalam aliran musik manapun.
“Kendang itu masuk kesana kemari. Dangdut, koplo, jaipong, bahkan sampai jazz pun sekarang bisa diiringi oleh kendang,” tutur Edi.
Pria berkulit sawo matang ini pun menambahkan, kualitas dari bahan dasar yang digunakan saat pembuatan kendang akan mempengaruhi suara yang dihasilkan. Sehingga harga jual yang ia tawarkan pun bervariasi mulai dari Rp 1.500.000,- hingga Rp 5.000.000,- tergantung dari bahan kendang tersebut.
Namun Edi menyayangkan, permintaan pasar yang cukup tinggi tidak berbanding lurus dengan tenaga kerja yang ada. Kurangnya tenaga kerja, membuat Edi senantiasa menyiapkan stok barang. Salah satu pengrajin kendang, Atek (39) mampu membuat satu set kendang dalam waktu satu minggu.
“Seminggu itu bisa bikin satu kendang besar, dan dua kendang kecil. Jadi hanya satu set,” ujar Atek.
Reporter : Syifa Silfiani

Aksi Solidaritas Ridwan Kamil dan Warga Bandung Ngepel Jalan Pasca KAA

Aksi solidaritas ini dilakukan sebagai bentuk kecintaan terhadap Kota Bandung. Aksi ini juga sebagai bentuk gotong royong, dan bentuk kepedulian, Walikota Bandung Ridwan Kamil mengajak para warga mengepel trotoar Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika.

Bandung Command Center Jadikan Bandung Smartcity

Bandung Command Center Jadikan Bandung Smartcity






Keinginan Walikota Bandung Ridwan Kamil yang menerapakan konsep Smart City mulai terwujud, dengan kehadiran Command Center mempermudah pengawasan Kota Bandung sebagai upaya perbaikan pelayan publik kepada warga.

Menurutnya konsep smart city, merupakan sebuah konsep bagaimana mengelola kota, dengan cara-cara yang cerdas, kalau tidak perlu kelapangan jangan ke lapangan selama teknologi bisa memberikan alternatif."Smart city juga  berfungsi memonitor data-data yang ada dilapangan, seperti data internet, data youtobe, cuaca, kemacetan, pergerakan lalu lintas. Saat ini Bandung baru mempunyai 40 aplikasi salah satunya untuk mengontrol kinerja disetiap dinas."ungkapnya

Dengan penerapan konsep smart city, Menurut Emil berdampak kepada tingkat pertumbuhan ekonomi di kota Bandung hampir 90 persen yang merupakan tertinggi di Indonesia. Selain itu, tingkat komunikasi di Kota Bandung meningkat dengan prosentase lebih dari 90 persen. Komunikasinya berlangsung transparan melalui berbagai aplikasi."Hasil survei lemhannas, tingkat kepercayaan publik terhadap Kota bandung diatas 90persen, salah satu indikator  aksesnya terhadap informasi, dan komunikasi meningkat. Mudah-mudahan smart city ini, kita perlihatkan ke dunia bahwa ada akselerasi percepatan pelayanan birokrasi berbasis teknologi."kata Kamil

Ia juga akan menawarkan aplikasi konsep Smart City kepada kota-kota lainnya di Indonesia untuk keseragaman dalam pengelokaan informasi dan komunikasi."Jika ada, nanti kita bisa saling bertukar aplikasi antar kota untuk saling melengkapi,"tuturnya.
Diksi dan Mahasiswi UIN Bandung

Diksi dan Mahasiswi UIN Bandung

Oleh Syifa Silfiani

Setiap manusia tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda, baik wanita maupun pria. Sehingga berbeda pula dalam melampiaskan atau mengekspresikan segala sesuatu yang dirasa. Mereka yang memiliki bakat melukis atau menggambar, umumnya mengekspresikan rasa dengan melukiskan sesuatu atau menggambar sesuatu. Sedangkan mereka yang memiliki minat dalam dunia tulis menulis, umumnya mengekpresikan rasa dengan rangkaian kata-kata penuh makna.

Kata penuh rasa tersebut memiliki diksi yang dipilah dan dipilih dengan cermat. Sehingga menghasilkan bait-bait berirama indah dan penuh makna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan.

Diksi tersebut disalurkan oleh para penulis berupa puisi, cerpen, sajak, dan lainnya. Perbedaan gender bukanlah tolak ukur cermatnya seorang penulis dalam memilih diksi yang tepat dan sesuai. Di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung sendiri, tak sedikit mahasiswi yang senantiasa mengekspresikan rasa melalui puisi maupun cerpen dengan pemilihan diksi yang indah dan menggugah.

Diksi tersebut diunggah ke berbagai media sosial, bukan hanya sekeder ajang eksistensi diri. Tetapi juga untuk mengimplementasikan kegelisahan yang dirasa oleh para mahasiswi UIN Bandung tersebut. Salah satu mahasiswi yang produktif menulis puisi adalah Mila Azizah, ia adalah mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik angkatan 2014.

Mila dan diksi dalam puisinya seolah melebur menjadi rasa yang kuat. Sehingga apabila kita membaca puisi karya Mila, akan terasa bahwa puisi yang ia tulis bukan sekedar rangkaian kata biasa.

Combro Setan Dari Karawang Buat Lidah Bergoyang



Salah satu pembeli menunggu antrian membeli comset atau combro setan, di jalan Tambak Baya, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang Minggu (6/3). Comset merupakan salah satu kuliner khas Karawang. (Syifa Silfiani)


Combro atau comro adalah salah satu kuliner khas Jawa Barat. Combro sendiri merupakan singkatan dari Bahasa Sunda, yaitu oncom di jero yang artinya oncom di dalam. Di salah satu sudut Kabupaten Karawang, ada sebuah combro yang konon rasa pedasnya dapat membuat lidah kesetanan. Oleh karena itu, combro tersebut dikenal dengan comset atau combro setan.

Letaknya yang tak jauh dari alun-alun Kabupaten Karawang, tepatnya di jalan Tambak Baya samping SDN Karawang Kulon membuat comset pun mudah untuk ditemui.  Sejak tahun 1983, comset telah menggoyang lidah para pembeli. Mulai dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB, pembeli dapat menikmati jajanan berbahan dasar singkong ini dengan harga Rp 1.000,- per buah,

Rasa yang unik, serta namanya yang menarik membuat comset senantiasa dicari para pembeli. Seperti salah satu pembeli asal Cikampek, Wini. Sejak tahun 2004, ia selalu menyempatkan diri untuk membeli comset jika sedang berkunjung ke Karawang.

“Enak sih ya, dan khas rasanya. Meskipun jauh dari rumah, saya kalo nyari combro pasti kesini. Walaupun (porsinya) sedikit, karena enak jadi langganan di tempat ini,” ujar Wini, Minggu (6/3).
Penjual comset generasi kedua Retno Handayani mengatakan, tidak ada resep rahasia dari comset buatannya. Yang membedakan hanya takaran cabai rawitnya saja.

“Sehari cabe bisa sampai tiga setengah kilogram. Cabe yang digunakan yaitu cabe rawit Lembang, kalau bumbunya mah standar sama aja kaya combro yang lainnya,” tutur Retno ketika diwawancarai Jurnalpos, Minggu (6/3)

Retno pun berharap kelak anak-anaknya dapat meneruskan bisnis warisan keluarga ini. Sehingga kedepannya bisnis comset ini pun dapat terus berlanjut hingga anak cucu nanti.

Reporter : Syifa Silfiani

Banjir Dayeuhkolot : Bantuan Makanan Tak Kunjung Datang, Pedagang Cari Peluang

Banjir Dayeuhkolot : Bantuan Makanan Tak Kunjung Datang, Pedagang Cari Peluang


Belum adanya bantuan makanan dari pemerintah setempat membuat para pengungsi banjir di posko pengungsian Masjid Besar As-Shofia, bergantung kepada para pedagang makanan dan minuman di pelataran Masjid Besar Ash-Shofia, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Minggu (13/3)

Salah satu pedagang Danis Syukur (22) mengatakan, mie instan adalah makanan yang paling banyak diminati. Tak hanya mie, ia pun menjual berbagai macam makanan ringan, kopi, bahkan hingga bakso ikan. Danis membawa barang dagangannya menggunakan perahu. Dibantu dengan beberapa karyawannya, ia membutuhkan dua kali pulang pergi menggunakan perahu agar barang dagangannya tersebut dapat sampai di posko pengungsian ini.

Sehari-hari Danis memang berjualan di lantai 1 Raharja Plasa, Masjid Besar Ash-Shofia. Meskipun banjir  merendam tokonya, ia tetap berusaha agar dapat berjualan. Menurut Danis, tidak ada perbedaan harga ketika berjualan pada hari biasa maupun saat banjir melanda wilayah Dayeuhkolot ini.

“Saya tidak mencari keuntungan semata. Untung hanya lebih sedikit dari hari biasa, tidak ada bedanya. Yang lebih penting adalah bagaimana agar saya dapat turut serta membantu para pengungsi disini,” tuturnya.

Pengungsi asal Desa Babakan Kecamatan Dayeuhkolot, Kartini (42) merasa terbantu dengan adanya para pedagang tersebut.
“Iya sangat terbantu, soalnya kan disini engga bisa masak dan pemerintah belum ngasih bantuan makanan. Jadi ya kalo mau makan beli dulu kesini,” ujar Kartini saat diwawancarai Jurnalpos, Minggu (13/3)

Reporter : Syifa Silfiani

Korban Banjir Dayeuh Kolot Mengungsi di Masjid

Suasana posko pengungsian di Masjid Besar Ash-Shofia, Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, Minggu (13/3) Pengungsi berasal dari Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot


Ratusan warga korban banjir asal Kecamatan Dayeuhkolot, serta Kecamatan Baleendah mengungsi ke Masjid Besar Ash-Shofia, Kecamatan Dayeuhkolot, Minggu (13/3) Ketinggian air yang mencapai 70 sentimeter atau sepinggang orang dewasa.

Data yang diperoleh Jurnalpos dari relawan banjir sekaligus pengungsi Hanasih (30), ada 68 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah keseluruhan 260 jiwa serta 25 balita yang mengungsi di Masjid Besar Ash-Shofia ini.


“Para pengungsi mulai berdatangan pukul 01.00 WIB, dini hari tadi. Masih banyak para pengungsi yang terjebak di dalam rumah dan membutuhkan bantuan perahu serta Tim SAR. Sehingga jumlah pengungsi dipastikan akan terus bertambah,” tuturnya.


Pengungsi asal Desa Citeureup Kecamatan Dayeuhkolot, Ano Rayadi (40) mengatakan ketinggian air di rumahnya telah setinggi dada orang dewasa. Menurutnya, wilayah Dayeuhkolot dan sekitarnya merupakan muara aliran banjir dari ketiga sungai, yaitu sungai Cisangkuy, sungai Cikapundung, dan Sungai Citarum.

“Banjir tahun ini lebih  parah dibandingkan dengan tahun kemarin. Ketinggian air semakin bertambah setiap tahunnya ditambah lagi dengan banjir kiriman dari daerah lain yang,” ujar Ano saat ditemui Jurnalpos, Minggu (13/3)


Back To Top